Selasa, 26 Maret 2013

Nahwu 3+

Makalah

AL-MUDLOF ILA YA AL-MUTAKALLIM


Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri
Mata kuliah : Nahwu 3
Dosen Pengampu : Maman Dzul Iman M.Ag



Disusun oleh :
Ruha Alifah
(1410120072)

Tarbiyah/PBA – B/Semester III
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2011

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bahasa arab terdapat susunan yang dinamakan dengan idlofah. Yakni tarkib yang terdiri dari mudlof dan mudlof ilaih. Keduanya harus berupa kalimat isim. I’rob kalimat pertama (mudlof) disesuaikan dengan mahalnya, sedang kalimat kedua (mudlof ilaih) harus dibaca jar. Namun jika kalimat kedua berupa dlomir mutakallim wahdah, maka terdapat ketentuan tersendiri didalamnya. Dan tentang itu akan dibahas sedikitnya dalam makalah ini.

BAB II
AL-MUDLOF ILA YA AL-MUTAKALLIM
Kalimat yang dimudlofkan pada ya mutakallim yakni kalimat yang disandarkan pada satu orang yaitu orang yang berbicara. Ya mutakallim disini berkedudukan sebagai mudlof ilaih. Sebagaimana yang kita tahu bahwa mudlof ilaih selamanya harus dibaca jar. Namun tidak demikian dengan ya mutakalim, ia dibaca jar hanya dalam mahalnya saja, karena ia mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri dalam cara baca.
Ketentuan dari kalimat yang dimudlofkan pada ya mutakallim yakni, huruf akhir dari setiap kalimat isim yang dimudlofkan pada ya mutakallim harus dibaca kasroh, sedang ya mutakallim boleh dibaca fathah atau sukun. (Muhammad Jamaluddin, hal.110). Seperti contoh: هذا ثوبِىْ ___ هذا ثوبِىَ (ini baju saya)
Ketentuan tersebut berlaku jika kalimat isim berupa kalimat yang shohih akhir serta mufrod, dalam arti ia bukan isim maqsur, manqush, mutsanna, dan jamak. (Ibnu Hamdun, hal.207). Sedang jika kalimat isim itu berupa:
• Maqsur, maka dikembalikan pada bentuk mutsanna marfu’. Contoh: عصاىَ
Namun menurut imam Hudzail, alif diganti menjadi ya, lalu ya diidghomkan pada ya mutakallim, dan ya mutakallim dibaca fathah. Contoh: عصىَّ
• Manqush, maka ya diidghomkan pada ya mutakallim dan ya mutakallim dibaca fathah. Ketentuan tersebut sama baik dalam tingkah rofa’, nashob, atau jar. Contoh: قام قاضىَّ____ رأيت قاضىَّ____ نظرت الى قاضىَّ
• Mutsanna, maka ya diidghomkan pada ya mutakallim dan ya mutakallim dibaca fathah. Ketentuan tersebut sama baik dalam tingkah nashob dan jar. Contoh: رأيت غلامَىَّ____ نظرت الى غلامَىَّ
Asalnya, غلامين لى nun dan lam dibuang karena idlofah, lalu ya pertama diidghomkan pada ya kedua, dan ya mutakallim dibaca fathah.
Sedang dalam tingkah rofa’ maka alif tidak dibuang , dan ya mutakallim dibaca fathah. Contoh: قام غلاماىَ
• Jamak, maka ya diidghomkan pada ya mutakallim dan ya mutakallim dibaca fathah. Ketentuan tersebut sama baik dalam tingkah rofa’, nashob, atau jar. Contoh: قام غلامِىَّ____ رأيت غلامِىَّ____ نظرت الى غلامِىَّ
Asalnya, غلامون لى nun dan lam dibuang karena idlofah, lalu wawu diganti menjadi ya karena berkumpulnya wawu dan ya yang berharokat sukun huruf pertamanya, lalu dlommah diganti kasroh, dan ya mutakallim dibaca fathah.
Jadi ya mutakallim dibaca fathah jika ia bersama isim manqush, maqshur, mutsanna, jama’ mudzakar salim. Selain itu ya mutakallim boleh dibaca sukun atau fathah.

BAB III
KESIMPULAN
Huruf akhir dari setiap kalimat isim yang dimudlofkan pada ya mutakallim harus dibaca kasroh, sedang ya mutakallim boleh dibaca fathah atau sukun. Ketentuan tersebut berlaku jika kalimat isim (mudlof) berupa kalimat yang shohih akhir serta mufrod, dalam arti ia bukan isim maqsur, manqush, mutsanna, dan jamak. Sedang jika mudlof berupa isim manqush, maqshur, mutsanna, dan jama’ mudzakar salim maka ya mutakallim dibaca fathah.

DAFTAR PUSTAKA

Hamdun, Ibnu. Hasyiyah Al-Allamah Ibnu Hamdun. Dar Ihyail Kutub Al-Arobiyah Indonesia
Jalaludin. Syarh Ibnu Aqil. Surabaya: Al-Hidayah
Jamaluddin, Muhammad. Alfiyah Ibnu Malik. Darul Hifdz As-Salafiyah
Muhammad. Taqrirot Alfiyah Ibnu Malik. Kediri: Hidayatul Mubtadi-Ien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar