Selasa, 26 Maret 2013

balaghoh 2+




Makalah

PEMBAGIAN BADI’ MA’NAWI


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Balaghah 2
Dosen Pengampu : Maman Dzul Iman, S. Ag., MA.



Disusun Oleh:
Ruha Alifah
(1410120072)

Tarbiyah/ PBA – A/ Semester V
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2012

BAB I
PENDAHULUAN

llmu Balaghah adalah ilmu yang mengungkapkan metode untuk mengungkapkan bahasa yang indah, mempunyai nilai estetis (keindahan seni), memberikan makna sesuai dengan muqtadhal hal (situasi dan kondisi), serta memberikan kesan sangat mendalam bagi pendengar dan pembacanya.
Dari ilmu balaghoh kita mengenal cabang ilmu yang bernama ilmu badi’. Ilmu badi’ adalah ilmu untuk memperindah kalam sehingga bernilai estetis.
Dalam hal ini ilmu badi’ terbagi menjadi dua, yakni keindahan dari segi lafadz atau biasa dikenal dengan istilah lafdziy dan keindahan dari segi ma’na atau biasa disebut ma’nawiy. Dari masing-masing dua hal itu ulama membagi menjadi beberapa jenis.
Dalam makalah ini sedikitnya kami akan membahas pembagian jenis-jenis badi’ ditinjau dari segi makna.

BAB II
PEMBAGIAN BADI’ MA’NAWI

A. Pengertian
Badi’ secara bahasa berarti “yang indah sekali, mengagumkan”. Ilmu badi’ berarti ilmu sastra Arab. (Munawwir, 1997: 65)
Sedang pengertian Ilmu badi’ dalam ilmu balaghoh menurut Al-Akhdlori dalam syairnya adalah ilmu untuk memperindah kalam setelah mempertimbangkan hal-hal yang telah dibahas sebelumnya. Yang dimaksud disini, sebagaimana disebutkan dalam keterangan dibawahnya, yaitu menjaga kecocokan kalam dengan muqtadlol hal dan dilalah yang jelas. (2003: 102)
علم به وجوه تحسين الكلام يعرف بعد رعي سابق المرام
(بعد رعي سابق المرام) اى بعد رعاية المطابقة ووضوح الدلالة
Senada dengan Al-Akhdlori, Muhammad Ghufron mengungkapkan bahwa ilmu badi’ secara istilah adalah ilmu untuk memperindah kalam sehingga bernilai estetis setelah mempertimbangkan situasi dan kondisi pendengar (muqtadlol hal) dan menjaga dilalah yang jelas. (1991: 20-21)
واما البديع فى مفهومه الاصطلاحى فهو علم يعرف به وجوه تحسين الكلام
بعد رعاية المطابقة لمقتضى الحال ورعاية وضوح الدلالة
Jadi ilmu badi’ adalah ilmu untuk memperindah kalam sehingga bernilai estetis. Dan hal itu bisa dipahami setelah mempelajari ilmu ma’ani, yakni melakukan pertimbangan situasi dan kondisi pendengar, serta ilmu bayan, yakni menjaga dilalah yang jelas/ mudah dipahami.

B. Pembagian Badi’
Setelah memahami fungsi ilmu badi’ sebagai ilmu yang digunakan untuk memperindah kalam, dalam hal ini keindahan dalam ilmu badi’ terbagi menjadi dua, yakni keindahan dari segi lafadz dan keindahan dari segi ma’na.
Dari masing-masing dua keindahan itu ulama membagi menjadi beberapa jenis. Berikut ini adalah pembagian badi’ dari segi ma’na:
1. Badi’ muthobaqoh
Yakni kumpulan dua lafadz yang memiliki ma’na berbeda/ berlawanan, contoh: هو الاول والاخر . هو اضحك وابكى
2. Badi’ tasyabuh athraf
Yakni kesesuaian ma’na antara lafadz yang berada diawal dan diakhir kalam, contoh: لا تدركه الابصار وهو يدرك الابصار
3. Badi’ muwafaqoh
Yakni mengumpulkan dua hal yang sesuai, contoh: الشمس والقمر بحسبان
4. Badi’ ‘aksu
Yakni mendahulukan dan mengakhirkan lafadz yang sama, contoh:
قول الامام امام القول
5. Badi’ tashim
Yakni menyebutkan lafadz yang menunjukkan lafadz akhir di sebelum akhir kalam, contoh: وما كان الله ليظلمهم ولكن كانوا انفسهم يظلمون
6. Badi’ musyakalah
Yakni menyebutkan sesuatu dengan lafadz lain yang berkaitan dengannya, contoh: صبغة الله
7. Badi’ tazawuj
Yakni mencampur dua ma’na dalam syarat dan jaza’, contoh:
اذا ما نهى الناهى فلج بى الهوى اصاخت الى الواشى فلج بها الهجر
8. Badi’ ruju’
Yakni mengulang kalam dengan arti yang lain, contoh:
قف بالديار التى لم يعفها القدم بلى وغيرها الارواح والديم
9. Badi’ muqobalah
Yakni menyebutkan beberapa lafadz yang memiliki arti yang mirip lalu dibandingkan, contoh: فأما من اعطى واتقى وصدق بالحسنى فسنيسره لليسرى
10. Badi’ tauriah
Yakni menyebutkan lafadz yang memiliki dua ma’na baik dekat atau jauh, contoh: الرحمن على العرش استوى
11. Badi’ jama’
Yakni mengumpulkan beberapa hal dalam satu hukum, contoh:
المال والبنون زينة الحياة الدنيا
12. Badi’ tafriq
Yakni membedakan dua hal yang sejenis, contoh:
ما نوال الغمام وقت ربيع كنوال الامير يوم سخاء
فنوال الامير بدرة عين ونوال الغمام قطرة ماء
13. Badi’ taqsim
Yakni menyebutkan beberapa lafadz lalu diklasifikasikan masing-masing, contoh: ولا يقيم على ضيم يراد به الاالاذلان عير الحي والوتد
هذا على الخسف مربوط برمته وذا يشج فلا يرثى له احد
14. Badi’ laf nasyr
Yakni menyebutkan beberapa ma’na secara global atau rinci, contoh:
وقالوا لن يدخل الجنة الا من كان هودا او نصارى
15. Badi’ istikhdam
Yakni menyebutkan lafadz yang memiliki dua ma’na, lalu menyebutkan
dlomir yang kembali kelafadz tersebut namun dengan ma’na lain, contoh:
اذا نزل السماء بأرض قوم رعيناه وان كانوا غضبا
16. Badi’ tajrid
Yakni mengambil sifat lain dari satu lafadz yang memiliki sifat, contoh:
لى من فلان صديق حميم
17. Badi’ mubalaghoh
Yakni menetapkan sifat sangat dan menguatkan, contoh:
فعادى عداء بين ثور ونعجة دراكا فلم ينضح بماء فيغسل
18. Badi’ tafri’
Yakni menetapkan satu hukum pada hal terkait setelah menetapkan hukum pada hal terkait lainnya, contoh:
احلامكم لسقام الجهل شافية كما دمائكم تشفى من الكلب
19. Badi’ husni ta’lil
Yakni menetapkan alasan yang sesuai pada suatu sifat, contoh:
لم يحك نائلك السحاب وانما حمت به فصبيبها الرحضاء
BAB III
KESIMPULAN

Ilmu badi’ adalah ilmu untuk memperindah kalam sehingga bernilai estetis. Dan hal itu bisa dipahami setelah mempelajari ilmu ma’ani, yakni melakukan pertimbangan situasi dan kondisi pendengar, serta ilmu bayan, yakni menjaga dilalah yang jelas/ mudah dipahami.
Ilmu badi’ sebagai ilmu yang digunakan untuk memperindah kalam, dalam hal ini keindahan dalam ilmu badi’ terbagi menjadi dua, yakni keindahan dari segi lafadz dan keindahan dari segi ma’na.
Dari masing-masing dua keindahan itu ulama membagi menjadi beberapa jenis. Adapun keindahan dari segi ma’na terbagi menjadi 19 jenis.

DAFTAR PUSTAKA

- Al-Akhdlori, Abdur Rahman Ibn Muhammad. 2003. Al-Jauhar Al-Maknun. Kediri: Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien
- Ghufron, Muhammad. 1991. Al-Balaghah fi’ilmi Al-Badi’. Ponorogo: Ma’had Dar As-Salam Gontor
- Munawwir. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar